“Lepaskan ikatanmu dengan aku, biar kamu senang. Bila berat
melupakan aku, pelan-pelan saja….” Begitulah suara kencang alarm ada dalam
Hpku. Aku yang masih setengah tidurpun cepat-cepat mencari Hp dengan bunyi
alarm lagu kesukaanku. Setelah Hp berhasil aku raih, dengan sigap aku
mematikannya. Aku keluar kamar untuk menghilangkan dahagaku akibat semalaman
aku mimpiin pacarku. Terdengar suara merdu Ibu yang sedang membaca Al-Qur’an
menandakan bahwa beliau telah selesai shalat tahajud. Bukannya shalat tahajud
demi kelulusanku dengan nilai yang terbaik, aku justru memainkan Q-pad Hpku bak
sang maestro yang sedang memainkan piano kesayangannya. “My sweat heart, udah
bangun lom,” bunyi smsku yang aku kirim ke nomor belahan jiwaku tersebut. “Udah
kok yank,” jawab Elin, pacarku. Kata demi kata terus aku kirim bergantian
dengan kata-kata Elin hingga jam menunjukan pukul 5 pagi.
Sinar matahari terasa silau bagiku ketika aku sampai di depan gerbang sekolah.
Mungkin karena di situ ada kepala sekolahku kali yah yang setiap pagi selalu
nangkring depan gerbang untuk memeriksai seragam-seragam para murid. Yah pagi
itu seperti biasa aku selalu ditegur olehnya hanya karena kaus kakiku yang
tidak berlogo. Padahal sudah jelas-jelas kaus kakiku berlogo, walaupun logonya
Nike sih. Mataku tiba-tiba melotot, bukan karena sinar matahari yang terpancar
dari kepala Pak Edo melainkan tercengang melihat Elin di bonceng oleh pria yang
kelihatannya sih cukup ganteng (maklum dia kan pake helm, jadi aku hanya asal
tafsir aja). Setelah merelakan kaos kakiku di rampas oleh Pak Edo, aku segera
berlari menuju Elin yang saat itu sedang berjalan menuju kelasnya. “Lin, siapa
itu tadi?” tanyaku dengan nada tinggi kepada Elin. “Itu sepupu aku sayank.
Kenapa, kamu cemburu yah No? ” tanya Elin. Dengan gaya sok cool –padahal pingin
cepet ke kelas karena ada bimbel- aku meninggalkan Elin tanpa sepatah katapun.
Teet…Tet…Tet…wah akhirnya bunyi favoritku terdengar juga. Tanpa basi basi aku
langsung keluar kelas yang bagiku adalah neraka akibat ulangan super sulit dari
Pak Heri. Sebelum sempat aku tenang, aku di buat kesal lagi oleh Elin yang saat
itu sedang bercanda tawa dengan cowok lain.Langsung saja aku berlari menuju
titik bidikku saat itu, si Elin. Cowok yang tadinya penuh senyum itu langsung
lari menjauh dari Elin, mungkin gara-gara aku kali yah yang terlihat emosi.
“Sapa lagi tuh Lin, bosan hidup yah dia berani deketin kamu,” kataku penuh
dengan emosi yang menggebu-gebu. “Ya ampun No, itu Cuma pengurus OSIS yang
ngasiin proposal buat klas meet minggu depan,” sambil mengusap wajahku. “Kenapa
sih kok kamu terus berteman sama cowok-cowok OSIS yang culun itu?” “Ya jelas
saja No, kan aku ketua OSIS wajar saja kalau aku selalu di deketin sama
anak-anak OSIS,” jawab Elin seakan meyakinkan aku. Belum satu kata aku
lontarkan pada Elin, tiba-tiba teman Elin datang. “Sebentar yah kak Reno, Elin
di panggil kepala sekolah untuk membahas klas meet,” kata teman Elin. “Bentar
yah sayank, aku engga lama kok. Aku titip ini yah,” kata Elin kepadaku dengan
menyerahkan Hpnya.
Di luar gerbang sekolah aku yang masih setia menunggu kekasihku itu
mengotak-atik Hp milik Elin. Sedang asik-asiknya dengerin lagu, tiba tiba lagu
terhenti dan ada sebuah sms masuk dalam inbox Elin. “aq tnggu km mlm
mnggu di kafe dkt skulmu. Qt akn kencan, jgn sampe g’ dateng yah,”
bunyi sms yang sontak membuat amarahku memuncak. Ternyata Elin benar-benar
menduakanku. Kali ini aku tidak boleh langsung bilang ke Elin. Bisa-bisa dia
ngeles lagi dengan segudang alasan yang dimilikinya. Akhirnya aku otak-atik Hp
Elin seakan-akan pesan itu belum aku baca. Elinpun menghampiriku. Aku dengan
bergegas mengembalikan Hpnya. “Eh yank, kenapa sih akhir-akhir ini sifatmu
berubah ke aku?” tanya Elin heran. “Bukannya kamu yah yang berubah. Udah bosen
sama aku yah kok akhir-akhir ini aku lihat kamu sering jalan bareng sama cowok
lain selain aku?” tanyaku dengan nada sinis. “Ya ampun No, aku sayang banget
sama kamu. Engga mungkin aku nghianatin cinta kamu, kamu sih orangnya curigaan
mulu,” kata Elin sambil memegang tanganku. “Wajar dong kalau aku cemburu tiap
kamu jalan sama cowok lain, inget dong lagunya J-Rock yang judulnya ‘COBALAH
KAU MENGERTI’” kataku sambil melepas genggaman erat Elin pada tanganku. “Dasar
anak Band. Kamu engga mempercayai aku lagi yah No?” “Aku percaya sama kamu Lin,
tapi engga seperti ini dong caranya. Masa’ aku harus disuruh sabar melihat kamu
jalan sama orang lain, itu sama halnya kamu tidak menghargai perasaanku,”
kataku dengan nada penuh emosi. “ I love you so much No,” ucap Elin kepadaku.
Lalu Elin berlari menjauh dariku dan menuju ke pria berhelm merah yang tadi
mengantarkan Elin. Sial lagi-lagi orang itu!
Sorenya aku nge-band di studio milik temanku Bruno. “Hei Ren, kog kelihatannya
lemes banget sih main drumnya. Kamu sakit yah?” kata Andrea, sang vokalis
kepadaku. “Bukan, ini soal Elin.,” kataku lesu. “Ya ampun gara-gara tadi pagi
yah? Lebay banget sih lu jadi cowok. Biasa aja dong, kamu terlalu mengekang
Elin. Toh lu bukan ayahnya.” “Emang bukan Ndre, tapi kan aku pacarnya”
jawabku kepada Andrea. “Kalau kamu sudah engga betah sama dia, yah bubaran aja
Ren,” kata Andrea dengan penuh keseriusan. “Engga bisa Ndre, aku sayang banget
sama dia.” “Kalu lu sayang ma dia, lakuin sesuatu dong buat dia,” kata Andrea
kepadaku. Cling, tiba-tiba otakku yang jarang banget aku pake mendapatkan ide.
“Bruno kamu kan punya temen yang sangar-sangar, malam minggu besok kamu bawa
temen-temenmu itu ke café deket sekolah kita yah. Kita akan hajar habis-habisan
teman kencan Elin,” kataku kepada Bruno. “Apa hubunganku dengan kasusmu, ogah
ah!” kata Bruno ketus. “Tenang, kamu dan temen-temenmu boleh makan sepuasnya
deh di situ, aku yang traktir” “Ayo, kapan pengeksekusiannya?” “Khan sudah aku
bilang, di malam minggu pukul tujuh malem di kafe deket sekolah.” “Oke,” kata
Bruno singkat. Hehehe…dasar Bruno si tukang makan. Selama menunggu hari
eksekusi tiba, aku terus smsan dengan Elin membahas masalah kedekatannya dengan
sejumlah cowok. Tetapi Elin selalu membalas smsku dengan kata-kata manisnya.
Hari minggu pukul setengah tujuh sore aku menghampiri studio Bruno yang telah
dikrumuni 5 orang yang sangar-sangar. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya
dengan matang, kamipun bergegas menuju tempat eksekusi. Alangka terkejutnya aku
setelah sampai ke cafe. Ternyata teman kencan Elin adalah seorang….. anak
kecil. Seakan tidak percaya, aku menguce-ucek mataku beberapa kali. Chika, adik
Elin yang berumur 9 tahun datang menghampiriku dan berkata, “jangan cemburu yah
kak, temanku Niko memang aneh-aneh aja.” Elin bangkit dari duduknya dan
berjalan menuju tempatku berpijak sekarang. Dia menceritakan secara rinci
kejadian yang sebenarnya. Ternyata Elin di jadikan taruhan adiknya dengan teman
sekelas Chika. Chika kalah taruhan dan harus menuruti permintaan Niko, yaitu
kencan sehari bersama Elin. Elin yang memang tabiatnya baik hati, mau menuruti
permintaan Riko. “Jadi sms yang waktu itu dari…Niko?” tanyaku penuh keheranan.
“Ternyata kamu membacanya yah. Yah itu sms dari Niko,” kata Elin dengan
tersenyum padaku. “Hei teman-teman, letakkan kayu-kayu yang kalian bawa. Kita
rayakan kemenangan kita,” kata Bruno kepada teman gengnya. “Kak Bruno?
Hm…sampai segitunya deh kamu Ren mertahanin cintaku,” kata Elin dengan memegang
tanganku. Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku seakan malu kepada Elin.
“Makannya yank, jangan cemburuan gitu dong. Tenang saja kok, aku akan terus ada
di hati kamu.,” kata Elin dengan tiba-tiba memelukku erat. Wow, baru kali ini
aku dapat pelukan dari Elin. “Hei anak kecil ga boleh nonton ini,”kata Bruno
sambil menutup mata Niko. “Sebagai tanda kalau aku benar-benar cinta kamu, aku
akan ngelakuin ini…” tiba-tiba Elin menutup mata dan bibir manis Elin menempel
di bibirku. Inilah first kiss Elin dan juga first kiss bagiku. Ouw…hatiku
benar-benar senang malam itu. Akhirnya aku sadar bahwa kita tidak boleh terlalu
mengekang pacar kita, saling percaya…itulah kunci sejati dari cinta.
Ngomong-ngomong pembaca jangan iri yah melihat aku berciuman dengan Elin,
Hehehehe….
Karya : Raditya Adi .N
0 komentar:
Posting Komentar